Kamis, 07 November 2013

kaisar

Kisah permulaan sejarah Jepang ditulis dalam kitab Kojiki (catatan soal-soal kuno) dalam tahun 712 dan Kitab Nihongi atau Nihon Shoki (kronik Jepang Kuno) dalam tahun 720. Di dalam kitab NIhongi dijelaskan mengenai mitologi penciptaan kepulauan Jepang yang semula dikenal dengan nama “Oyashima”. Pemerintahan yang ada di situ merupakan warisan dari dewa Amaterasu Omokami (Dewa Matahari). Amaterasi Omikami mewariskan kepada cucunya yakni Ninigi dan dari Ninigi tahta diserahkan kepada cicitnya yakni Jimmu sebagai kaisar pertama. Bersamaan dengan penyerahan tahta kekaisaran, Ninigi juga menyerahkan 3 pusaka kepada Jimmu Tenno sebagai lambang kekuasaan / pusaka kaisar yang berupa : kalung batu permata, pedang dan cermin (Dasuki I, tanpa tahun, hal. 8). Selanjutnya semua kaisar di Jepang menganggap dirinya keturunan Amaterasu Amikami. Oleh karena itu maka kaisar sebagai penguasa tertinggi dalam negara tidak boleh dikecam. Kekuasaan kaisar adalah suci dan tidak dapat diganggu gugat.

Sampai tahun 1192 sejarah kekaisaran jepang diperintah oleh banyak keluarga yang saling berebut pengaruh dan saling menjatuhkan, di antaranya ialah : keluarga Mononobe, Soga, Fujiwara, Taira dan keluarga Minamoto. Di antara keluarga itu pada mulanya yang besar pengaruhnya ialah keluarga Fujiwara.


Dengan tampilnya Yoritomo Minamoto, maka muncullah pemerintahan Shogunate di Jepang, sebab secara resmi pada tahun 1192 Yoritomo menangkat diri sebagai “Sei-i-tai Shogun” yang berarti “Jenderallisimo penakluk suku liar Timur” (Nio Yoe Lan, 1962, hal. 56). Dengan demikian muncullah “duel government” di Jepang, yakni :

1) Pemerintahan sipil, yang berkedudukan di Kyoto di bawah pimpinan Kaisar.
2) Pemerintahan Militer, yang berkedudukan di Kamamura dengan Sogun sebagai Kepala Pemerintahan.

Jepang di bawah pemerintahan keluarga Ashikaga memasuki masa kegelapan dan baru berakhir dengan tamplnya 3 pimpinan militer Jepang yakni : Oda Nobunaga, Hideyoshi Toyotomi dan Iyeyashu tokugawa. Iyeyashu tokugawa-lah yang mengorganisir kembali pemerintahan Shogunate. Ia mengangkat dirinya sebagai Shogun pada tahun 1603, sehingga dialah merupakan pucuk pimpinan dari semua kaum feodal militer. Sedangkan sikapnya terhadap kaisar sama seperti masa Yoritomo, di mana kaisar tidak diberi kesempatan untuk ambil bagian dalam pemerintahan.

Masa Meiji Restorasi – Perang Dunia II

Masa pemerintahan keluarga Tokugawa yang dikenal dengan pemerintahan tangan besi dan bersfiat feodal melakukan politik isolasi dan akhirnya berhasil dipatahkan oleh Commodore Perry dengan adanya Perjanjian Kanagawa pada tanggal 31 Maret 1854. Pada tanggal 8 Nopember 1867 Shogun (Shogun Yoshinabu: Shogun terakhir) meletakkan jabatan dan menyerahkan kembali kekuasaan kepada kaisar. Delapan bulan sebelum Shogun terakhir meletakkan jabatan, Kaisar Komei meninggal (3 Peburari 1867) kemudian digantikan oleh Kaisar Meiji, dengan demikian berakhirlah pemerintahan keluarga Tokugawa yang telah berlangsung selama 2,5 abad lamanya.

Secara resmi Mutsuhito (Kaisar Meiji) memegang pemerintahan dari 25 Januari 1868 sampai dengan 30 Juli 1912. Meiji tenno memindahkan pusat pemerintahannya dari Kyoto ke Edo yang kemudian namanya diubah menjadi Tokyo yang berarti “ibu kota di timur”. Selanjutnya, ejak 1868 di mulailah pembangunan Jepang yang dikenal dengan nama Restorasi Meiji (Sayidiman Suryohadiprojo, 1992, hal 56). Dengan demikian inti restorasi Meiji adalah pemulihan kekuasaan politik dari keluarga Tokugawa kepada Kaisar (Tenno) dan modernisasi (Suara Pembaharuan, 26 Juli 1989)

Pada masa Meiji ini kita dapat melihat dengan jelas mengenai kedudukan dan fungsi kaisar. Dalam konstitusi ternyata bahwa :

Masa pemerintahan Showa (kaisar Hirohito) inilah yang menyeret Jepang ke dalam Perang Dunia II. Sebab Jepang bercita-cita untuk membentuk negara Asia Timur Raya yang diilhami oleh ajaran Shinto tentang Hakko Ichi-u (dunia sebagai satu keluarga – di bawah pimpinan Jepang). Memang dalam konstitusi kekaisaran Jepang Raya yang diundangkan pada tanggal 11 Pebruari 1889, yang berlaku sampai perang Dunia II, antara lain menyebutkan bahwa Dai Nippon Teikkoku (Negara Kekaisaran Jepang Raya) dikuasai oleh Kaisar (I Ketut Suradjaja, 1984, hal. 153). Dalam konstitusi juga disebutkan bahwa kekuasaan kaisar adalah suci dan tidak dapat diganggu gugat. Perjanjian – perjanjian (I Ketut Suradjaja, 1984, hal. 154). Oleh karena itu tidak heran kalau Kaisar Hirohito pada tanggal 8 Desember 1941 menyatakan pernag kepada Amerika Serikat dan Inggris setelah tanggal 7 Desember menghancurkan Pearl Harbour. Dengan demikian sejak Meiji tenno hingga perang Dunia II, pemerintahan berada di tangan kaisar.

Perang Dunia II telah membawa kehancuran Jepang dan akhirnya pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Selanjutnya pada tanggal 2 September 1945 Piagam penyerahan Jepang dengan resmi ditandatangani oleh wakil pemerintah Jepang dan Sekutu (Jenderal Douglas Mac. Arthur sebagai pimpinan Supreme Commander for the Allied Powers (SCAP). Sejak inilah secara resm juga dimulailah masa pendudukan Jepang oleh Sekutu. (Dasuki, II, tanpa tahun, hal. 63;lihat juga : Nio Yoe Lan, 1962, hal. 287)

Masa Sesudah Perang Dunia II – Sekarang

Berdasarkan Konstitusi baru yang diumumkan secara resmi pada tanggal 3 Nopember 1946 dan mulai berlaku tanggal 3 Mei 1947 dinyatakan bahwa Kaisar bagi masyarakat Jepang adalah Lambang Negara dan Kesatuan rakyat. Di dalam kehidupan sehari-hari, kaisar tidak mempunyai kekuasaan yang ada kaitannya dengan pemerintahan. Menurut Konstitusi baru tugas Kaisar ialah :

1) Melantik Perdana Menteri yang telah ditunjuk (dipilih) oleh diet (Parlemen Jepang).
2) Melantik Ketua Mahkamah Agung
3) Mengumumkan Undang-Undang dan perjanjian-perjanjian yang dibuat degan negara lain.
4) Memanggil Diet untuk bersidang dan menganugerahkan penghargaan atas saran dan persetujuan Kabiner (Suara Karya, 25 April 1981; Lihat juga : Harian Angkatan Bersenjata, 11 November 1982).

Kaisar Hirohito meninggal pada tanggal 7 Januari 1989, kemudian digantikan olehputera mahkotanya sebagai kaisar baru yakni Akihito. Dengan demikian terjadi pergantian era, yakni dari era showamenjadi era heisei yang berarti era perdamaian (Sinar Pagi, 15 Januari 1989; lihat juga : Jawa Pos, 24 Pebruari 1989).

Oleh karena itu tidak heran, apabila 3 jam setelah kaisar Hirohito meninggal, maka diadakan acara “kenjito shokei Nogi” yakni “upacara penyerahan tahta suci pada Kaisar baru Akihito, tanggal 7 Januari 1989. Sebab tiga (3) harta suci itu harus diserahkan kepada penggantinya tanpa adanya waktu putus.





Dengan demikian sejak 7 Januari 1989, Jepang memasuki masa pemerintahan kaisar Akihito dengan nama era Heisei. Namun pelantikan Kaisar Akihito sebagai kaisar Jepang ke-125 baru dilaksanakan pada tanggal 12 Nopember 1990. Dalam acara penobatan kaisar Akihito, hadir 37 Presiden, 11 Perdana Menteri dan 20 Raja dari seluruh dunia. Dari Indonesia hadir Presiden dan ibu negara Tien Soeharto, dan Menlu Ali Alatas.

hasekura tsunenaga


Hasekura Tsunenaga (支倉常長
?) (lahir 1571 – meninggal 7 Agustus 1622) adalah samurai pengikut Date Masamune dari Domain Sendai pada awal zaman Edo di Jepang. Ia memimpin misi diplomatik ke Vatikan, dan melakukan perjalanan hingga Spanyol Baru(tiba di Acapulco dan berangkat dari Veracruz), serta singgah di berbagai pelabuhan di Eropa antara tahun 1613 dan 1620.
Nama lainnya adalah Rokuemon Nagatsune (六右衛門長経?). Dalam buku sejarah Eropa, namanya ditulis sebagai Faxecura Rocuyemon.[1]
Misi diplomatik ke Vatikan yang dipimpinnya disebut Misi Zaman Keichō yang dikirim sesudah Misi Zaman Tenshō.[2] Sewaktu kembali ke Jepang, Hasekura dan delegasinya mengambil rute pelayaran yang sama seperti sewaktu berangkat menuju Meksiko pada tahun 1613. Kapalnya berlayar dari Acapulco ke Manila, lalu terus ke utara menuju Jepang pada tahun 1620.[3] Ia dianggap sebagai duta besar Jepang pertama untuk Amerika dan Eropa.[4]
Meskipun misi diplomatik Hasekura diterima dengan ramah di Eropa, misi berlangsung ketika Jepang sedang menuju ke zamanpenindasan Kekristenan. Monarki Eropa seperti Raja Spanyol menolak perjanjian perdagangan seperti diusulkan Hasekura. Pada tahun 1620, Hasekura tiba kembali di Jepang, dan meninggal dunia karena sakit setahun kemudian. Misi diplomatiknya hanya sedikit membawa hasil karena pemerintah Jepang makin menerapkan kebijakan negara tertutup.
Misi diplomatik Jepang berikutnya ke Eropa dikirim 200 tahun kemudian setelah membuka diri dari isolasi selama dua abad. Jepang mengirim Misi Diplomatik Jepang Pertama ke Eropa pada tahun 1862.

Ia dilahirkan pada tahun 1571 dari ayah bernama Yamaguchi Tsunenari. Pamannya yang bernama Hasekura Tokimasa belum memiliki anak laki-laki, dan mengangkatnya sebagai anak. Setelah lahir putra Tokimasa (Hasekura Hisanari), Date Masamune memerintahkan harta keluarga sebesar 1.200 koku dibagi rata antara Tsunenaga dan Hisanari, masing-masing mendapat 600 koku.

Lambang resmi Hasekura, perisai bergambarkanswastika Buddha dan dua anak panah bersilang, dengan latar belakang oranye. Lambang resmi ini terdapat di sertifikat warga Roma yang diterima Hasekura, lukisan Deruet (kiri atas), buku (tengah), dan bendera kapal (kanan).
Sewaktu Toyotomi Hideyoshi melakukan invasi ke Korea, ia ikut sebagai komandan senapan dan ashigaru. Namanya juga dicatat buku sejarah ketika diturunkan untuk menumpas Pemberontakan klan Kasai-klan Ōsaki.
Pada tahun 1612, ayahnya, Yamaguchi Tsunenari ditangkap dan dihukum mati pada tahun 1613. Tsunenari terbukti melakukan korupsi, tanah kekuasaannya disita, dan anak laki-lakinya harus dihukum mati. Namun Date Masamune memberi kesempatan Tsunenaga untuk menebus kesalahan. Ia diberinya tugas memimpin misi diplomatik ke Eropa, dan tanah milik keluarganya dikembalikan.

SHŪSAKU ENDŌ遠藤 周作 (1923 – 1996)


 
Shusaku Endo lahir di Tokyo, Jepang pada tanggal 27 maret 1923. Ketika masih kecil, Endo dibawa oleh keluarganya pindah ke Manchuria yang saat itu diduduki oleh Jepang. Pada tahun 1933 saat usianya mencapai sepuluh tahun, orang tuanya bercerai dan Endo dibawa oleh ibunya kembali ke Kobe, kampung halaman ibunya. Saat Endo masih kecil, ibunya telah memeluk ajaran katolik dan menanamkan ajaran katolik tersebut kepada Endo. Endo dibaptis pada tahun 1935 saat umurnya sebelas tahun dan mendapatkan nama baptis, Paul.
Endo menerima gelar BA dalam sastra Perancis dari Universitas Keio Tokyo pada tahun 1949, dan tahun 1950-1953 Endo belajar fiksi Katolik di University of Lyons, Perancis. Pada tahun 1955 ia menikahi Junko Okada, dan memperoleh seorang anak laki-laki.
Pada tahun1959, Endo mengalami penyakit tuberkulosis, sementara di Perancis untuk mempelajari karya-karya Marquis de Sade, dia masuk rumah sakit selama dua setengah tahun dan mengalami tiga operasi yang meninggalkannya dengan satu paru-paru. Setelah kejadian ini, karya fiksi Endo yang awalnya bercerita tentang moral kehidupan dalam beragama menjadi lebih bersimpati terhadap karakter menderita baik fisik dan kelemahan rohani. Endo wafat disaat usianya tujuh puluh tiga tahun, yaitu pada tanggal 29 September 1996 di Tokyo.
Karya
Buku-bukunya mencerminkan banyak pengalamannya di masa kanak-kanak, termasuk stigma sebagai orang luar, pengalaman sebagai orang asing, kehidupan seorang pasien rumah sakit, dan pergumulan dengan tuberkulosis. Namun demikian, buku-bukunya terutama membahas jalinan moral kehidupan. Iman Katoliknya dapat dilihat pada tingkat tertentu dalam semua bukunya, dan seringkali merupakan ciri yang sentral dari karya-karyanya. Kebanyakan dari tokoh-tokohnya bergumul dengan dilema moral yang rumit, dan pilihan-pilihan mereka seringkali membawa hasil yang bercampur tragedi. Dalam hal ini karyanya seringkali dibandingkan dengan karya Graham Greene, karena karya-karyanya persis seperti karya-karya Greene yang menitikberatkan pada keprihatinan mendalam dalam masalah perilaku agama dan moral. Malah, Greene secara pribadi pernah menyebut Endo sebagai salah satu penulis terbaik di abad ke-20. Sebagai seorang penulis, Shusaku Endo dijuluki sebagai Graham Greene-nya Jepang.
Selama hidupnya, karya Endo yang dipublikasikan tercatat terdiri dari tujuh koleksi cerita pendek, serta empat puluh lima novel dan banyak karya nonfiksi. Karya-karyanya bersifat problematik dan kontroversial, tulisannya sangat psikologis, dan dia menggambarkan penderitaan karena iman serta belas kasihan Tuhan. Endo menulis berbagai masalah yang dulu terasa sangat jauh dengan budaya Jepang yaitu masalah keimanan dan Tuhan, dosa dan pengkhianatan, dan pengingkaran iman.
Novel pertamanya Shiroihito (White Man) yang diterbitkan pada tahun 1955 memperoleh Akutagawa Prize, yaitu penghargaan hadiah sastra yang diberikan kepada penulis pendatang baru atau penulis yang belum dikenal dalam dunia penulisan sastra di Jepang dan Endo menerimanya sebagai seorang penulis muda terkenal pada saat itu. Pada tahun 1966 novel Chinmoku (silence) nya mendapatkan Tanizaki Prize.
Diantara karya-karyanya :
Ø The Sea and Poison (1958, tr. 1972): mengambil tempat umumnya di rumah sakit Fukuoka, pada perang dunia ke-II. Novel ini berkisah tentang pembedahan yang dilakukan terhadap penerbang-penerbang Amerika yang ditembak jatuh. Dikisahkan dari sudut pandang orang pertama dari salah satu dokter-dokternya, dan perspektif orang ketiga dari koleganya yang membedah, bereksperimen, dan membunuh keenam penerbang ini. Kisah ini didasarkan pada kejadian sebenarnya. Novel ini difilmkan pada 1986 dengan judul Umi to dokuyaku, disutradarai oleh Kei Kumai dan dibintangi oleh Eiji Okuda dan Ken Watanabe.
Ø Chinmoku (Silence) (1966): karya Endo yang paling termasyhur, umumnya dianggap sebagai adikaryanya. Ini adalah sebuah novel sejarah, yang mengisahkan pengalaman seorang misionaris Portugis pada awal abad ke-17 di Jepang yang menjadi murtad, tetapi hanya secara formalitas, karena sejak itu iman Kristennya masih tetap dipertahankannya. Novel ini pernah dimuat sebagai cerita bersambung dalam Kompas dan kemudian diterbitkan dalam bentuk buku.
Ø Samurai (1980): Novel sejarah, mengisahkan misi diplomatik Hasekura Tsunenaga ke Meksiko dan Eropa pada abad ke-17.
Ø Scandal (1986): Buku ini mengambil tempat di Tokyo, mengisahkan tentang seorang novelis yang terperangkap dalam skandal judulnya.
Ø Deep River (1993): Novel yang mengambil tempat di India ini mengisahkan perjalanan fisik dan rohani sekelompok turis Jepang yang mengalami berbagai dilema moral dan spiritual dalam hidup mereka masing-masing.
Ø Ryugaku (1965) berisi tiga cerita, tentang setiap orang Kristen Jepang yang tinggal di Eropa. Cerita ini berfokus pada karakter ketidakmampuan untuk mendamaikan identitas Jepang mereka dengan kebudayaan Barat, dan mereka sendiri interior persidangan atas kepercayaan agama yang kuat berakar tradisi di Eropa. Karakter kedua keadaan mengasingkan diri dan pengalaman yang lebih dari krisis identitas menyangkut perselisihan antara mereka iman Kristen, mereka identitas Jepang, dan pengalaman mereka dalam masyarakat Eropa. “And You, Too,” lagi cerita dari tiga, keprihatinan seorang profesor dari Jepang Perancis sastra yang tinggal di Perancis tahun 1960-an dan belajar dari karya Marquis de Sade.
Museum Shusaku Endo
Museum sastra Shusaku Endo terletak di Sotome di bagian barat laut kota Nagasaki dan didedikasikan sebagaik tempat hidup dan berkarya seorang novelis Shusaku Endo di Jepang. Museum ini terkenal sebagai rumah tersembunyi sorang Kristen dan sebagai latar tempat novel Silencenya. Didirikan pada bulan Mei tahun 2000, museum ini menyimpan buku-buku, naskah-naskah, surat-surat, foto-foto dan barang-barang berharganya termasuk meja tulis favoritnya, Alkitab, dan patung St Maria yang diwarisi dari ibunya yang disimpan sepanjang hidupnya. Museum terlihat sepanjang laut Goto dan desa Shitsu di mana berdiri tugu Silence yang pada tugu tersebut dipahatkan kalimat "umat manusia itu sangat menyedihkan, Tuhan, dan laut itu sangat biru".
JUDUL

GENRE
TAHUN TERBIT DAN TERJEMAHAN
Shiroi hito  (White Man)

Novel
(1955)
 Kuroi hito (Yellow Man)

Novel
(1955)
The Sea and Poison

Novel
(1958, tr. 1972)
Wonderful Fool

Novel
(1959, tr. 1974)
Volcano

Novel
(1960)
Watashi ga suteta onna (The Girl I Left Behind)

Novel
(1963)
Ryuugaku (Foreign Studies)

Novel
(1965)
Chinmoku  ( Silence)

Novel
(1966 tr 1969)
Ogon No Kuni (The Golden Country)

Novel
(1970)
Ren'ai ke ha nani ka (What is Love?)

Essei
(1972)
The Dead Sea

Novel
(1973)
Kuronbo (Orang Negro)

Novel
(1973)
Iesu No Shogai (A Life of Jesus)

Novel
(1973 tr 1978)
When I Whistle

Novel
(1974)
Song of Sadness

Cerpen
(1977)
Marie Antoinette

Novel
(1979)
Samurai (The Samurai)

Novel
(1980, tr. 1982)
Stained Glass Elegies

Cerpen
(1985)
Scandal

Novel
(1986, tr. 1988)
Deep River

Novel
(1993, tr. 1994)
The Final Martyrs

Cerpen
(1993)
Five by Endo

Cerpen
(2000)

kabuki

Kesenian musik dan tari kabuki telah ada sejak 400 tahun lalu. Kabuki dalam bahasa kanji ka berarti musik atau lagu, bu berarti tarian, dan ki berarti akting. Jadi, kabuki berarti drama yang memiliki unsur pendukung musik dan tarian yang kuat. Dalam perkembangannya, kabuki digolongkan menjadi kabuki-odori(kabuki tarian) dan kabuki-geki (kabuki sandiwara). Kabuki-odoridipertunjukkan dari masa kabuki masih dibawakan Okuni hingga di masa kepopuleran wakashu-kabuki, remaja laki-laki yang menari diiringi lagu yang sedang populer dan konon ada yang disertai dengan akrobat. Selain itu, kabuki-odori juga bisa berarti pertunjukan yang lebih banyak tarian dan lagu dibandingkan dengan porsi drama yang ditampilkan. Dengan kata lain, kabuki adalah pertunjukan drama yang terdiri dari unsur tari dan musik. Di dalam kabuki, musik dan tarian adalah tonggak utama dalam pertunjukan kabuki tersebut. Ini disebabkan karena dalam pertunjukan kabuki yang paling menonjol dan pokok yang ditampilkan dalam pertunjukannya adalah musik dan tari.
1.       Musik Kabuki
Musik mempunyai peranan penting dalam kabuki. Musik kabuki terbagi dua yaitu shosa ongaku dan geza ongaku. Shosa ongaku adalah musikshamisen yang mengiringi tayu dan menambah jelasnya pelaku dalam aktingnya, dan geza ongaku, yaitu musik yang melengkapi pertunjukan kabuki dari belakang panggung.
Musik pengiring kabuki dibagi berdasarkan arah sumber suara. Musik yang dimainkan di sisi kanan panggung dari arah penonton disebut gidayūbushi.Takemoto (chobo) adalah sebutan gidayūbushi khusus untuk kabuki. Selain itu, musik yang dimainkan di sisi kiri panggung dari arah penonton disebut geza ongaku, sedangkan musik yang dimainkan di atas panggung disebut debayashi.
a)   Takemoto
Takemotoadalah musik yang dimainkan dalam gidayu-bushi kabuki.Takemoto yang pada awalnya untuk ningyo-joruri (alias bunrakudidirikan oleh Takemoto Gidayu. Nantinya, gidayu-kyogen ningyo-joruri dipindahkan ke kabuki, jadi gidayu-bushi juga mulai dimainkan untuk kabukiMusik daritakemoto pada dasarnya digunakan untuk meningkatkan peran, gerak, dan ekspresi aktor, sehingga diperlukan teknik yang terampil dalam pencapaiannya. Ketika aktor berbicara dan bertindak dalam sinkronisasi dengan ritmetakemotomisalnya ketika dia berkata "ito ni noru", "ito" di sini berarti petikanshamisen. Terutama dalam "Monogatari" (cerita) adegan tachiyaku (peran laki-laki terkemuka) akan bercerita tentang peristiwa di masa lalu dan untuk membuat orang-orang di sekelilingnya, mendengarkan dan "kudoki" (ratapan) adalah adegan di mana seorang onnagata (aktor yang memerankan peran wanita) mengekspresikan perasaan yang keluar, merupakan sebuah klimaks yang dapat dicapai bila aktor dapat menyesuaikannya dalam ritme shamisen, dengan kompak. Selain itu, selain untuk gidayu-kyogen, kadang-kadangtakemoto dimainkan sebagai iringan untuk buyo (menari).
b)   Debayashi
Debayashi adalah musik kabuki yang dimainkan diatas panggung. Padadebayashi, para pemain alat musik secara umum disebut shibyoshi(ansambel), yang meliputi taiko (drum), kotsuzumi (drum kecil), otsuzumi/okawa (drum besar) dan fue (seruling) /noukan (seruling noh) atau shinobue(seruling bambu), duduk dan bermain bersama-sama utakata (singers) danshamisenkata (pemain shamisen) dari nagauta.
c)    Geza
Geza, yang berarti iringan, akan diputar di kamar belakang kuromisupada shimote (bagian kiri penonton) di samping panggung. Karena itu, gezajuga disebut kuromisu-ongaku (tirai bambu hitam) atau misu-uchi-ongaku(musik diputar di dalam tirai bambu hitam).
Ada cukup banyak item dalam bermain musik metode geza, tetapi bisa digolongkan ke dalam 3 kategori sesuai dengan alat-alat musik yang dimainkan.Adapun jenis-jenis geza , yaitu :
v  Jenis geza-ongaku yang pertama adalah uta (lagu) dinyanyikan untuk iringanshamisen. Biasanya, uta dinyanyikan oleh beberapa utakata (penyanyi) dari nagauta, namun dalam beberapa kasus, dokugin (penyanyi solo dalam geza) digantikan oleh satu utakata untuk menyampaikan perasaan yang sangat halus secara efektif.
v  Jenis geza-ongaku yang kedua adalah aikatamusik shamisen tanpa nyanyianAikata kadang-kadang dinyanyikan dengan lirik, dan disebututa-iri.
v  Jenis geza-ongaku yang ketiga adalah narimono, yaitu alat-alat musik yang dimainkan oleh selain shamisen. Narimono berisi beberapa musik dan berbagai efek suara.
Geza-ongaku menciptakan berbagai efek, tergantung pada waktu. Musik  pelengkapnya terdiri dari alat-alat musik untuk meniru suara binatang, air hujan, angin, kilat, dan lain sebagainya.
d)   Narimono
Dalam kabukinarimono memiliki dua arti dasar, yaitu para pemain musik selain nagauta, dan semua alat-alat musik selain shamisen, dan orang-orang yang bermain instrumen. Ketika musisi narimono bermain bersama-sama dengan instrumen utakata dan shamisenkata dalam nagauta, mereka disebutdebayashi (penyanyi diatas panggung). Ketika mereka bermain dengan instrumen di dalam kuromisu (kamar yang dirahasiakan dengan tirai bambu hitam), mereka sudah termasuk dalam geza-ongaku. Jika digabungkan, disebuthayashikata.
e)    Nagauta
Nagauta adalah jenis musik shamisen yang diklasifikasikan sebagaiutaimono (lagu). Nagauta berasal sebagai iringan untuk kabuki buyo (tarian), dan dikembangkan dalam periode akhir dari era Kyoho (1716-1736pada era Horeki (1751-1764). Saat ini, kebanyakan musik geza adalah nagauta, sehingga memberikan presentasi besar bagi nagauta untuk pengekspresiansuara dalam kabuki. Dengan iringan pemain yang dibagi menjadi utakata(singers) dan shamisenkata (pemain shamisen). Dengan iringan untuk buyo(penari) dilakukan di atas panggung, utakata duduk di sebuah baris darishimote (kanan panggung, penonton dari kiri) dan shamisenkata duduk dikamite (kiri panggung, penonton dari kanan). Jenis shamisen digunakan untuknagauta disebut hosozao (leher tipis). Ini Menghasilkan nada yang tinggi dan sangat cocok untuk bermain melodi yang rumit.
f)    Ki
Ki  merupakan efek suara yang digunakan untuk memberitahu aktor dengan waktu dan untuk membuat isyarat agar aktor bertindak. Ki memiliki pola isyarat yang digunakan sebelum pertunjukan dimulai, ketika tirai panggung dibuka ini disebut naoshi, dan makugire, dimainkan sebelum aktor mengakhiri dialog atau gerakannya. Jika terdengar bunyi sebagai isyarat dari ki ketika tirai tertutup ini disebut ki kigashiraOrang yang bertanggung jawab atas ki harus yakin khususnya untuk memperhatikan apa yang dilakukan aktor di atas panggung dan mesti memunculkan kigashira pada saat yang pas.  Berbeda dengan Tsuke, yang terdengar pada kamite (kiri panggung, penonton dari kanan), ki terdengar di tempat yang tidak terlihat dari kursi penonton.
g)   Tsuke
Efek suara yang digunakan sebagai musik lain adalah tsukeTsuke adalah efek suara yang dihasilkan oleh bunyi nada mengesankan dengan sebuah papan kayu yang disebut tsukeita, ditempatkan di sudut kamite (kiri panggung penonton dari kanan). Pola tsuke yang disebut battari, disinkronkan denganmie (poses) yang dilakukan oleh aktor, yang paling sering digunakan untuk menekankan pergerakan aktor. Jenis pola tsuke untuk kecepatan dan meningkatkan volume, disebut uchiage. Orang yang bertanggung jawab untuk bunyi tsuke disebut tsuke-uchi. Cukup tinggi teknik dan keahlian yang dibutuhkan untuk suara tsuke yang berbarengan dengan gerakan masing-masingaktor.
Musik kabuki dimainkan oleh gidayu yang bermain di sayap kiri panggung dan shimoza ongaku yang bermain di sayap kanan panggung serta debayashi ataudegatari yang bermain di atas panggung.
2.       Tari Kabuki
Dalam pementasan drama kabuki, unsur tari menjadi penunjang yang sangat penting, karena bentuk tarian dapat menjadi klimaks dari suatu lakon yang dipentaskan. Ada 2 jenis tarian yang digunakan dalam pementasan drama klasikkabuki yaitu tarian selingan dan tarian drama dimana masing-masing tarianmempunyai waktu tampil dan tujuan tersendiri.
a. Tarian Selingan
Tarian ini ditampilkan sebagai sisipan diantara pergantian babak dalam drama klasik kabuki, dengan tujuan untuk menghilangkan kejenuhan bagi penonton. Jenis tarian ini hanyalah sebagai pelengkap saja, tidak bermaksud membawa penonton pada jenis drama yang lebih komplek.
b. Tarian Drama
Tarian ini ditampilkan dengan iringan musik secara lengkap. Tarian ini bertujuan menunjang gerakan para pemain kabuki dalam memainkan lakon yang diperankan sehingga menjadi sempurna. Umumnya tarian ini memaparkan suatu cerita secara lengkap sesuai dengan skenario drama yang dipentaskan.
Tarian pada kabuki disebut dengan buyogeki, yaitu tarian yang diiringi oleh melodi gidayu. Tarian pada kabuki tergantung pada cerita apa yang akan dipertunjukkan dalam pementasan kabuki tersebut. Dengan kata lain, tari kabukiselalu berganti-ganti sesuai dengan lakon yang disajikan.
Misalnya tari sambaso adalah tari pembuka pada Kabuki pada lakonyoshitsune sembon zakuraTarian dengan gerakan tangan, kaki, dan badan yang mengiringi nyanyian yang diiringi shamisen tersebut, bercerita tentang pengharapan dan doa untuk hasil panen dan kedamaian. Ada juga tari yoshinoyama, yaitu tari penutup dari pementasan kabuki. Misalnya, tari yoshinoyama, yang ditarikan olehBando Katoji (yang berperan sebagai Tanadobu) dan Nishizaki Emino (berperan sebagai Shizuka Gozen). Tarian yang dibawakan adalah salah satu adegan dari kisah Yoshitsune Sembon ZakuraTadanobu yang diperankan Bando Katojiadalah anak buah Yoshitsune dan Shizuka Gosen adalah seorang kekasihYoshitsune.

DAFTAR REFERENSI 
Musik dan tari kabuki /www.wikipedia.com./diakses pada tanggal 07 maret 2009. 

minka

1. Minka (民家)
Rumah rakyat Jepang disebut dengan 民家 (minka), yang secara harfiah berarti rumah rakyat. Rumah minkaadalah nama umum dengan arsitektur tradisional, dan merupakan tempat kediaman rakyat bukan dari kalangan orang berkuasa. Rumah-rumah ini sudah ada sebelum akhir tahun 1800. Keindahan arsitektur minka terletak pada keharmonisan antara bentuk dengan bahan-bahan bangunan yang dipergunakan seperti tanah, kayu, dan batu yang berasal dari pegunungan dan hutan-hutan yang berada di sekeliling rumah.
Minka juga memiliki keanekaragaman gaya arsitektur bangunannya, terkait dengan tuntutan geografi setempat, iklim, dan industri. Sehingga setiap daerah di Jepang memiliki gaya arsitektur bangunan yang khas, seperti :
-          Minka di Jepang Utara
Minka di daerah Jepang bagian utara, pada umumnya memiliki bubungan terjal beratap jerami serta jendela kecil yang hanya ada di bubungan tersebut. Ini merupakan penyesuaian diri terhadap musim dingin yang panjang dan hujan salju yang banyak. Selain itu juga dirancang khusus untuk keperluan memelihara ulat sutra.
-          Minka di Jepang Selatan
Minka di daerah Jepang bagian selatan, pada umumnya terdiri dari sekelompok rumah-rumah yang relatif kecil, rendah dengan lantai yang ditinggikan agar memperoleh ventilasi semaksimal mungkin dan mengurangi bahaya tiupan angin taifun.

2. Bahan Bangunan Minka (民家)
Bahan bangunan yang dipergunakan antara lain, balok kayu besar untuk tiang utama rumah dan rangka-rangka penting dari kerangka rumah. Kayu juga digunakan untuk dinding, lantai, langit-langit, dan bubungan atap. Bambu digunakan untuk melapisi tempat-tempat kosong di antara dinding kayu dan setelah itu dilapisi dengan tanah liat untuk dijadikan dinding yang rata. Tanah liat juga dibakar menjadi genteng.
Rumput jenis tertentu dipergunakan sebagai atap, sedangkan jerami tanaman padi dipergunakan untuk dianyam menjadi tikar kasar yang disebut dengan Mushiro, dan tikar halus yang disebut dengan tatami, yang digelar di atas tikar kasar. Batu-batu terbatas dipergunakan untuk fondasi rumah, tidak pernah digunakan sebagai dinding.

3. Desain Khas Minka (民家)
1.      Pada bagian depan rumah lubang untuk masuk dipasangi dua lapis pintu. Lapis pintu bagian dalam (shouji) berupa pintu sorong, yang berlubang-lubang dan ditutupi kertas-kertas. Sedangkan pintu lapis muka atau depan berupa pintu kayu yang kokoh.
2.      Bagian dalam rumah dibagi menjadi ruang-ruang yang dipisahkan dengan pintu sorong yang berkisi-kisi. Pintu-pintu pemisah ruangan ini secara keseluruhan disebut dengan tategu. Kisi-kisi ini ditutupi kertas-kertas tebal tembus cahaya yang disebut fusuma.
3.      Adanya doma, yaitu salah satu bagian dalam rumah yang lantainya terbuat dari tanah liat yang sudah dikeraskan. Pada doma dipasang semacam oven untuk memasak yang terbuat dari tanah liat (kamado). Selain itu, di lantai ini juga diletakkan perapian terbuka (irori) untuk membakar kayu pemanas ruangan.
4.      Atap minka
Atap rumah minka sering dibuat curam, dan biasanya terbuat dari ilalang (kayabuki yane), sirap (itabuki yane), atau genteng (kawarabuki yane). Atap minka dapat dikelompokan menjadi tiga macam bentuk, yaitu :
-           Kirizuma, merupakan jenis atap yang paling sederhana yang berbentuk segi tiga (gabled roof). Jenis atap ini mempunyai dua sisi yang menurun dari balok bubungan utama (mune).
-           Yosumune, merupakan jenis atap yang mempunyai pinggang (hipped roofs). Atap jenis ini merupakan perkembangan darikirizuma, karena pada kedua sisi sampingnya yang lain ditambah dengan atap miring, dan bubungannya tidak berbentuk lancip melainkan papak.
-           Irimoya, merupakan jenis atap berbentuk tiga segi, dengan atap tambahan yang berbentuk agak miring di sekitarnya, sehingga ruang dalam rumah menjadi luas.
 Pada rumah yang atapnya terbuat dari genteng keramik, genteng juga dipasang sampai ke ujung bubungan, dan untuk menghias puncak bubungan dipasang genteng yang ujungnya berbentuk kepala raksasa, yang disebut onigawara. Pada rumah yang beratap rumput juga dipasang hiasan pada kedua sudutnya yang disebut denganmunekazari.
4. Tipe-tipe Rumah Tradisional Jepang (Minka 民家)
Tipe rumah tradisional Jepang atau minka ini, secara luas terdiri dari dua macam, yaitu :

       * Rumah Petani (農家/ nouka)

Pengaturan ruang di dalam rumah orang Jepang disebut denganmadori. Denah standar rumah para petani Jepang dari permulaan abad ke-19 terdiri dari empat ruang, di samping ruang utama yang memiliki perapian (doma). Pembagian ini disebut dengan yamadori (pengaturan empat ruang). Di dalam rumah jenis ini terdapat pintu kayu sorong besar yang disebut odo, untuk memasuki ruang utama. Pintu ini merupakan pintu utama untuk memasuki rumah petani.
-       Doma
Doma merupakan ruang utama pada noukaDoma mengambil sepertiga dari luas denah rumah. Fungsi doma adalah tempat melakukan kegiatan pertanian dan memasak, sehingga tersedia oven tanah dan tempat mencuci yang terbuat dari kayu yang didirikan di belakang doma.
Selain itu juga terdapat perapian yang berukuran satu meter persegi. Di perapian ini kayu dibakar untuk memanaskan ruang, sekaligus sebagai penerangan. Seluruh anggota keluarga berkumpul di perapian ini, khususnya pada waktu makan.
Selain doma, empat ruang pada nouka ini adalah :
-       Dua ruangan yang terletak paling dekat dengan doma, digunakan sebagai tempat melakukan kegiatan harian para penghuni rumah.
-       Ruang kecil bersifat dekoratif disebut dengan tokonoma. Ruangan ini menempel pada dinding ruang depan yang berfungsi sebagai tempat memamerkan lukisan atau bunga.
-       Ruang depan berfungsi sebagai tempat menerima tamu pada keadaan – keadaan formal. Ruang tamu ini disebut dengan zashiki atau dei. Di depan ruang tamu ini terdapat serambi panjang dan sempit yang disebut dengan engawa.

       * Rumah di Perkotaan (Machiya)

Terbatasnya luas tanah di daerah perkotaan membuat rumah-rumah yang didirikan di sana cenderung berbentuk empat persegi panjang.
-       Di belakang ruang utama (omoya) terletak ruang tempat menyimpan (kura/dozou) harta benda milik keluarga. Selain itu untuk menyimpan harta benda keluarga bisa juga digunakan zashiki, yang terletak terpisah dari ruangan utama. Untuk dapat memasuki ruangan ini, dibuatkan pintu pada ruang doma menuju ke pekarangan belakang.
-       Di sekitar ruang doma terdapat tiga baris ruang. Ruang yang paling dekat dengan jalan disebut dengan mise. Di sinilah barang-barang dagangan dipamerkan, dan transaksi perdagangan dilakukan. Ruang yang terletak di bagian tengah, dipergunakan sebagai kantor, dan juga tempat anggota keluarga menerima tamu. Ruang yang terletak di bagian paling belakang menghadap ke arah taman tertutup. Ruang ini dibuat menyerupai zashiki, lengkap dengan tokonoma, yang berfungsi sebagai tempat melakukan kegiatan harian dari anggota rumah tangga tersebut.
-       Adanya ruang di loteng yang disebut dengan zushi. Ruang ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian yang dekat dengan jalan mempunyai langit-langit rendah berfungsi sebagai gudang. Bagian kedua adalah bagian belakang yang dipergunakan sebagai kamar tidur.


Sumber :